Gejolak revolusi yang melanda negara-negara Arab belum berakhir.
Meski beberapa rezim diktator telah tumbang, perjuangan rakyat untuk
menegakkan syariat Islam dan membentuk pemerintahan yang pro-rakyat
masih menghadapi batu sandungan dari dalam dan luar negeri. Di dalam
negeri, kekuatan rezim sekuler pro-Barat dan antek-anteknya masih
menempati posisi-posisi strategis dalam pemerintahan. Di luar negeri,
AS, Israel, dan negara-negara salibis Barat melancarkan berbagai
konspirasi licik untuk mempertahankan hegemoninya di negeri-negeri kaum
muslimin.
Para ulama dan mujahidin tidak menutup mata atas semua peristiwa
bersejarah ini. Mereka tak bosan memberikan dukungan dan pengarahan
kepada kaum muslimin yang tengah mengadakan revolusi, agar revolusi
mereka berjalan sesuai syariat dan berhasil meraih tujuannya. Global
Islamic Media Front (GIMF) merilis serial artikel dukungan kepada
revolusi kaum muslimin di negara-negara Arab. Di antaranya serial
artikel Syaikh Hasan Umar hafizhahullah yang berjudul Ruha al-Islam Dairah (Roda Islam terus berputar). Arrahmah.com menerjemahkan artikel pertama beliau untuk para pembaca. Semoga bermanfaat.
Roda Islam terus berputar (1): Islam dan Revolusi
Segala puji bagi Allah SWT. Shalawat dan salam
senantiasa dilimpahkan kepada penutup para nabi yang tiada lagi nabi
sepeninggalnya. Amma ba’du…
Dari Muadz bin Jabal berkata: “Saya mendengar Rasululah SAW bersabda:
أَلَا إِنَّ رَحَى الْإِسْلَامِ دَائِرَةٌ ، فَدُورُوا مَعَ
الْكِتَابِ حَيْثُ دَارَ ، أَلَا إِنَّ الْكِتَابَ وَالسُّلْطَانَ
سَيَفْتَرِقَانِ ، فَلَا تُفَارِقُوا الْكِتَابَ ، أَلَا إِنَّهُ سَيَكُونُ
عَلَيْكُمْ أُمَرَاءُ يَقْضُونَ لِأَنْفُسِهِمْ مَا لَا يَقْضُونَ لَكُمْ
، إِنْ عَصَيْتُمُوهُمْ قَتَلُوكُمْ ، وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ
أَضَلُّوكُمْ ” قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، كَيْفَ نَصْنَعُ ؟ قَالَ :
” كَمَا صَنَعَ أَصْحَابُ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ، نُشِرُوا
بِالْمَنَاشِيرَ ، وَحُمِلُوا عَلَى الْخَشَبِ ، مَوْتٌ فِي طَاعَةِ
اللَّهِ خَيْرٌ مِنْ حَيَاةٍ فِي مَعْصِيَةِ اللَّهِ “
“Sesungguhnya roda pengilingan Islam terus berputar, maka hendaklah
kalian berputar bersama kitab Allah kemanapun ia berputar. Ketahuilah,
sesungguhnya al-Qur’an akan berpisah dengan kekuasaan, maka janganlah
kalian memisahkan diri dari Al-Qur’an.Ketahuilah, sesungguhnya akan
datang kepada kalian para penguasa yang memutuskan perkara untuk
kepentingan diri mereka sendiri dan tidak memutuskannya untuk
kepentingan kalian. Jika kalian tidak menaati mereka, niscaya mereka
akan membunuh kalian. Namun jika kalian menaati mereka, niscaya mereka
akan menyesatkan kalian.”
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang harus kami lakukan?”
Beliau SAW menjawab, “Lakukanlah sebagaimana hal yang dilakukan oleh
para pengikut setia nabi Isa bin Maryam. Mereka digergaji dengan gergaji
besir dan disalib di atas sebatang kayu. Mati di atas ketaatan kepada
Allah lebih baik daripada hidup dalam kemaksiatan kepada Allah.” (HR.
Ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir dan Musnad asy-Syamiyin serta
Abu Nu’aim al-Asbahani dalam Hilyah al-Awliya’. Imam Al-Haitsami dalam
Majma’ az-Zawaid, 5/231, berkata: Perawi Yazid bin Martsad tidak
mendengar hadits dari Mu’adz. Perawi Wadhin bin ‘Atha’ dinyatakan tsiqah
oleh Ibnu Hibban dan lain-lain. Sementara seluruh perawi lainnya adalah
para perawi yang tsiqah)
Setiap muslim dan muslimah harus memperhatikan hadits yang agung di
atas, yang mengungkapkan semangat revolusi Islam. Hadits ini
menjelaskan bahwa kekuasaan sering kali membenci syariat Allah, kitab
Allah, dan dien Allah. Kenapa? Karena kepentingan-kepentingan para
penguasa bertabrakan dan menyelisihi dien Allah, kitab Allah, dan para
pengikut kebenaran. Andai saja para penguasa membiarkan para pengikut
kebenaran atau membuka pintu bagi mereka untuk mengemukakan pendapat dan
mengingkari kemungkaran. Namun para penguasa itu menindas masyarakat
dan memberikan tekanan hebat kepada para pengikut kebenaran. Karena
selalu ada pertarungan antara dua manhaj; manhaj dien Allah di bawah
panji kitab Allah dan manhaj setan dan penguasa yang batil di bawah
panji-panji jahiliyah dengan beragam nama baik pada masa dahulu maupun
masa sekarang.
Selama para penguasa menyelisihi Al-Qur’an, maka menaati mereka
merupakan sebuah kesesatan, sedangkan mengikuti manhaj mereka merupakan
jalan menuju neraka Jahaman. Nabi SAW bersabda, “Namun jika kalian
menaati mereka, niscaya mereka akan menyesatkan kalian.”
Di sisi lain, berpegang teguh dengan kebenaran itu pahit rasanya.
Nabi SAW bersabda, “Jika kalian tidak menaati mereka, niscaya mereka
akan membunuh kalian.” Dari sinilah diperlukan sebuah kelompok berani
mati yang mempersembahkan pengorbanan dan tidak menyelewengkan dien
Islam hanya karena ingin menyenangkan penguasa, meraih manfaat-manfaat
duniawi, kedudukan dan jabatan yann tidak langgeng.
Kelompok ini menyerupai keadaan generasi sahabat ketika mereka
pertama kali mengemban dien Islam hini hingga akhirnya mereka serahkan
kepada kita dalam keadaan jaya, menang, dan panjinya berkibar tinggi.
Mereka adalah orang-orang yang asing. Nabi SAW bersabda:
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا ، وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا ، فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam bermula dalam keadaan asing dan kelak ia akan kembali asing
sebagaimana keadaan pada awal kemunculannya. Maka beruntunglah
orang-orang yang asing.”(HR. Muslim dan Ibnu Majah)
الَّذِينَ يُصْلِحُونَ عِنْدَ فَسَادِ النَّاسِ
“Mereka adalah orang-orang shalih yang memperbaiki keadaan ketika masyarakat telah rusak.”(HR.
Ibnu Wadhah dalam al-Bida’, Ad-Dulabi dalam al-Asma’ wa al-Kuna,
ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Awsath dan al-Mu’jam al-Kabir, Ibnu
Bathah dalam al-Ibanah al-Kubra, al-Lalikai dalam Syarh Ushul I’tiqad
Ahli as-Sunnah, dan Abu Amru ad-Dani dalam as-Sunan al-Waridah fi
al-Fitan. Imam al-Haitsami dalam Majma’ az-Zawaid, 7/281, berkata:
Seluruh perawinya adalah perawi kitab ash-Shahih kecuali Bakr bin Salim,
dan ia seorang perawi yang tsiqah)
الَّذِينَ يَصْلُحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاس
“Mereka adalah orang-orang yang tetap shalih ketika masyarakat telah rusak.” (HR.
Ahmad, Hanad bin Sirri dalam az-Zuhd, al-Ajuri dalam al-Ghuraba’,
ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Awsath dan a-Mu’jam as-Shaghir, Ibnu
Bathah dalam al-Ibanah al-Kubra, Abu Nu’aim al-Asbahani dalam Ma’rifah
ash-Shahabah, dan Abu Amru ad-Dani dalam as-Sunan al-Waridah fi
al-Fitan. Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no.
1273 mengatakan: Sanadnya shahih dan seluruh perawinya tsiqah)
Mereka adalah orang-orang yang berpegang teguh dengan dien Islam sekalipun sebagian besar memusuhi mereka. Nabi SAW bersabda:
لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ ، وَلاَ مَنْ خَالَفَهُمْ ، حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ
“Tidak membahayakan mereka orang-orang yang menelantarkan mereka dan
orang-orang yang memusuhi mereka, sampai datang keputusan Allah dan
mereka tetap teguh di atas keadaan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mereka adalah para penggenggam bara api. Nabi SAW bersabda:
يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى
دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ لِلْعَامِلِ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ
بِسُنَّتِي أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْكُم
“Akan datang kepada manusia suatu zaman yang pada saat itu orang yang
bersabar dalam menggenggam teguh agama Islam bagaikan orang yang
menggenggam bara api. Bagi orang-orang yang beramal dengan sunahku pada
masa tersebut pahala amalan lima puluh orang di antara kalian.” (HR.
Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Adi, Ibnu Wadhah, dan lain-lain. Syaikh al-Albani
dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 957 berkata: Shahih berdasar
keseluruhan sanadnya).
Hal itu karena mereka tidak mendapatkan para pembantu dan penolong
dalam memperjuangkan kebenaran. Sementara gangguan dan ancaman mengincar
mereka dari segala tempat. Namun mereka berjalan di jalan Allah SWT dan
memperjuangkan dien Allah SWT. Mereka siap untuk masuk penjara
bertahun-tahun. Mereka siap menanggung segala resiko dengan segala ragam
bentuknya, meski dalam waktu yang lama. Mereka bahkan siap mati di
jalan Allah. Nabi SAW bersabda: “Lakukanlah sebagaimana hal yang
dilakukan oleh para pengikut setia nabi Isa bin Maryam. Mereka digergaji
dengan gergaji besi dan disalib di atas sebatang kayu.” Semua resiko tersebut tidak memalingkan mereka dari dien Allah SWT.
Hadits ini merupakan salah satu contoh revolusi Islam melawan para
pengikut kebatilan dan contoh kerasnya pertarungan antara kebatilan dan
kebenaran. Ia sekalugis pesan kepada para pengemban agama Islam ini,
bahwa Islam tidak akan tegak tanpa adanya pengorbanan-pengorbanan dan
keteguhan-keteguhan. Dien Islam tidak akan tinggi dan Berjaya tanpa
adanya persembahan nyawa para pengembannya. Maka persiapkanlah diri
kalian untuk mengembannya, didiklah generasi-generasi Islam di atas
prinsip ini.
Setelah penjelasan ringkas makna hadits di atas, kami sebutkan di sini sejumlah pelajaran yang bisa dipetik darinya:
- Nabi SAW memerintahkan umatnya untuk berpegang teguh dengan Islam dalam segala keadaan, baik dalam kondisi susah maupun senang, kondisi sulit maupun lapang.
- Nabi SAW menjelaskan bahwa Al-Qur’an dan para penguasa akan berpisah. Para penguasa tidak akan menerapkan syariat Allah, sebagaimana dilakukan oleh para penguasa zaman sekarang.
- Nabi SAW menjelaskan bahwa para penguasa yang tidak menerapkan Al-Qur’an sebagai undang-undang tersebut adalah orang-orang yang tersesat dan menyesatkan. Barangsiapa menaati mereka niscaya akan tersesat dari kebenaran dan mengikuti setan. Pembelaan para ulama su’ dan berbagai udzur (alasan pembenaran) untuk para penguasa tersebut sama sekali tidak member manfaat bagi para penguasa tersebut. Status mereka tetap saja adalah para pemimpin kesesatan, dan Nabi SAW menyatakan ‘Jika kalian menaati mereka, niscaya mereka akan menyesatkan kalian.”
- Hadits tersebut menjelaskan prinsip tidak adanya ketaatan kepada makhluk jika diperintahkan untuk bermaksiat kepada Allah SWT.
- Hadits tersebut menjelaskan bahwa para penguasa yang menyimpang dari jalan Allah tersebut adalah para pembuat kehancuran dan kerusakan. Mereka merusak urusan dunia dan agama rakyat. Mereka tidak sungkan untuk menumpahkan darah rakyat tanpa alasan yang dibenarkan oleh agama. Maka tepatlah sifat mereka dalam hadits di atas: “Jika kalian tidak menaati mereka, niscaya mereka akan membunuh kalian. Namun jika kalian menaati mereka, niscaya mereka akan menyesatkan kalian.”
- Hadits tersebut memerintahkan kesabaran memegang teguh agama Allah meski apapun resiko yang akan menimpa seorang hamba. Sabda Nabi SAW: Lakukanlah sebagaimana hal yang dilakukan oleh para pengikut setia nabi Isa bin Maryam. Mereka digergaji dengan gergaji besi dan disalib di atas sebatang kayu.” Semua resiko tersebut tidak memalingkan mereka dari dien Allah SWT.
- Hadits tersebut menjelaskan kaitan yang erat antara ujian dengan keimanan. Sebagaimana firman Allah SWT:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن
يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ * وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ
مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا
وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya
Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut (29): 2-3)
Juga seperti sabda Nabi SAW:
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ
أَشَدُّ بَلاءً ؟ قَالَ : ” الْأَنْبِيَاءُ ، ثُمَّ الصَّالِحُونَ ،
ثُمَّ الْأَمْثَلُ ، فَالْأَمْثَلُ مِنَ النَّاسِ ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ
عَلَى حَسَبِ دِينِهِ ، فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ صَلابَةٌ زِيدَ فِي
بَلائِهِ ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ خُفِّفَ عَنْهُ
“Manusia yang paling berat ujiannya adalah para nabi kemudian
orang-orang shalih kemudian orang-orang yang keimanannya di bawah
mereka. Setiap orang akan diuji sesuai kadar agama (keimanan)nya. Jika
ia teguh memegang agama, niscaya ujian untuknya akan ditambah.Jika agamanya lemah, niscaya ujiannya juga akan diringankan.” (HR. Ahmad, ad-Darimi, ath-Thayalisi, Ibnu Hibban, al-Hakim, dan lain-lain)
Beliau SAW juga bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ
الْبَلَاءِ ، وَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا
ابْتَلَاهُمْ ، مَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا ، وَمَنْ سَخَطَ فَلَهُ
السَّخَطُ
“Sesungguhnya besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian.
Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, niscaya Allah akan
menimpakan ujian kepada mereka. Barangsiapa yang ridha dengan ujian
Allah, niscaya Allah ridha kepadanya. Dan barangsiapa marah kepada ujian
Allah, niscaya Allah marah kepadanya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Baihaqi, al-Qudha’i, Abu Ya’la, dan lain-lain)
8. Hadits di atas menunjukkan bahwa Islam melakukan revolusi terhadap
para penguasa yang menyelisihi kitab Allah dan menzalimi
hamba-hamba-Nya, bagaimanapun besarnya kekuasaan mereka.
9. Selama para penguasa yang menyelisihi kitab Allah adalah
orang-orang yang tersesat dan barangsiapa menaati mereka niscaya mereka
akan menyesatkannya; maka para ulama yang mengajak rakyat untuk menaati
para penguasa tersebut, tidak melawan mereka, dan bahkan menampakkan
indah kondisi para penguasa tersebut dengan menyebut mereka sebagai ulil
amri bagi kaum muslimin dan menuduh orang-orang yang melawan mereka
adalah Khawarij…maka para ulama tersebut adalah orang-orang yang
tersesat, bahkan mereka adalah para ulama tukang menyesatkan umat Islam.
Mereka menyembunyikan kebenaran dan juga mencampur adukkan antara
kebenaran dan kebatilan. Mereka menyodorkan kepada masyarakat agama
‘privat’ yang tidak mengandung jihad, amar ma’ruf, dan nahi munkar.
Mereka adalah orang-orang yang dimurkai oleh Allah. Para ulama yang
tersesat menyerupai orang-orang Yahudi yang dimurkai oleh Allah, karena
mereka mengetahui kebenaran namun tersesat (tidak mengamalkan ilmunya).
Mereka itu dilaknat Allah SWT sampai mereka bertaubat. Di antara syarat
taubat mereka adalah menjelaskan kepada masyarakat kebenaran yang mereka
sembunyikan. Sebagaimana firman Allah:
{إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنزَلْنَا مِنَ
الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِن بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي
الْكِتَابِ أُولَـئِكَ يَلعَنُهُمُ اللّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ *
إِلاَّ الَّذِينَ تَابُواْ وَأَصْلَحُواْ وَبَيَّنُواْ فَأُوْلَـئِكَ
أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ }
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami
turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah
Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati
Allah dan dilaknati pula oleh semua makhluk yang melaknati. Kecuali
mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan
(kebenaran yang mereka sembunyikan), maka terhadap mereka itulah Aku
menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang. (QS. Al-Baqarah (2): 159-160)
Allah SWT mempersyaratkan taubat mereka harus disertai sikap
menjelaskan kepada masyarakat kebenaran yang mereka sembunyikan. Seperti
disebutkan dalam ayat ini:
{إِلاَّ الَّذِينَ تَابُواْ وَأَصْلَحُواْ وَبَيَّنُواْ}
“Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran yang mereka sembunyikan).”
Setelah itu kita memiliki sikap khusus kepada mereka dengan izin Allah.
Kita memohon kepada Allah semoga mengumpulkan kita di atas kebenaran dan mempekerjakan kita untuk memperjuangkan dien-Nya. Amin.
Syaikh Hasan Umar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar